This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 04 Januari 2021

 

BERBAGAI MACAM UMKM DI DESA JUNGJANG

Desa jungjang adalah desa yang berada di kecamatan Arjawinangun,Cirebon,Jawa Barat,Indonesia. selain itu desa jungjang mempunyai daya tarik tersendiri  yaitu dengan adanya  pasar yang cukup luas di bandingkan desa-desa di sekitarnya.Pasar jungjang beroperasi setiap hari selama 24 jam,selain itu konsumen yang berbelanja di pasar jungjang dari berbagai wilayah di antaranya dari Ciwaringin,Palimanan,Gegesik,Tegal Gubug,serta  wilayah lainnya.

Desa jungjang selain memiliki pasar yang sangat luas,desa jungjang memiliki BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) yang bernama  Cafe Districk Bumdes yang berada di Blok III Desa jungjang berfekatan dengan perumahan safir,di Cafe Districk Bumdes menjual berbagai macam makanan dan minuman serta di vasilitasi dengan Wifi bagi para pengunjung. Selain itu kebanyakan pengunjungnya dari kalangan anak muda dan ada juga orang tua,di Cafe Districk Bumdes akan di suguhkan pemandangan persawahan yang masih alami.

Selain BUMDES desa jungjang memiliki berbagai macam home industri atau UMKM yang masih bertahan saat ini,di antaranya home industri pembuatan tempe rumahan yang berada di blok I desa jungjang,kebanyakan pengelola pembuatan tempe berasal dari pekalongan yang sudah menetap di desa jungjang bukan asli pribumi ,di sana mahasiswa KPM-DR ingin mengetahui bagaimana cara pembuatan tempe dari awal hingga akhir,sehingga kami  ikut terjun langsung dalam pembuatannya di mulai dari pencucian kacang kedelainya,perebusan serta kegiatan pengemasan selain itu untuk pemasrannya ada penyetoknya selain itu di jual di pasar.

Selain tempe ada  home industri yang masih bertahan pada saat ini di desa jungjang,yaitu home industri jajanan tradisional yaitu klepon,yang berada di blok III desa jungjang yang masih bertahan saat ini,dengan varian rasa gula merah di dalamnya serta toping parutan kelapa di atasnya,untuk pemasarannya hanya menjajakan di pasar saja. Dengan adanya home industri yang masih bertahan saat ini,menjadi daya tarik dari kelompok mahasiswa KPM-DR (Kuliah Pengabdian Masyarakat) Bunga Bangsa Cirebon,untuk memberikan ide dan inovasi baru untuk varian rasa,agar kue tradisional ini bisa cocok di lidah semua kalangan,baik anak-anak maupun anak muda  milenial,sehingga jajanan tradisional tetap lestari dan dapat bersaing dengan jajanan jaman sekarang ,yaitu dengan menambahkan varian rasa coklat dan keju di dalamnya yang di namakan KLEREN (Klepon Modern) dengan pengemasan kekinian,menggunakan mika transparan serta memberikan lebel produk serta mencantumkan varian rasa di atasnya.untuk pemasarannya bisa melalui online atau langsung datang ke pasar jungjang,sehinga dengan pemasaran dengan media online dapat memudahkan semua orang mencoba jajanan tradisional,serta dapat meningkatkan omset dalam penjualan.

Minggu, 27 Desember 2020

EKONOMI

 POTENSI DESA JUNGJANG 




Selamat datang dan selamat berkunjung di Pasar Desa Jungjang Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon. Pasar ini berdiri sejak hari Senin tanggal 09 bulan September tahun 1916, usianya sudah hampir satu abad. Awal berdirinya itu bertepatan dengan acara pesta panen raya tebu pabrik gula yang ada di Arjawinangun. Disitu banyak masyarakat yang pada datang untuk melihat dan me nyaksikan keramaian pesta pabrik, tentu hal ini tidak disia-siakan oleh masyakat pedagang untuk menjajakan dagangannya kepada masyarakat, ternyata para peda gang tidak berhenti disitu saja, mereka mencoba mencari keberuntungan melalui dagang di desa Jungjang pada setiap hari Senin, ternyata masyarakat Arjawinangun sangat merespon positip, dengan bermunculannya para pedagang tersebut. Sehingga satu persatu para peda gang mulai bermunculan dan menggelar dagangannya di lingkungan area tanah milik Pabrik.

Satu tahun kemudian Pemerintah Kolonial Belanda melalui Pabrik Gula Arjawinangun membangun Pasar tersebut dan mengijinkan para pedagang, untuk berdagang secara permanen di areal tersebut. dan jadilah pasar tersebut menjadi pasar milik Pabrik, yang jadi pengurus pasar dan merangkap jadi kolektor padawaktu itu adalah Untung warga desa Kebonturi (kakek mertuanya penulis). akan tetapi beroperasinya pasar ini tidak seperti sekarang, melainkan di seriap hari Senin, oleh karenanya Pasar Jungjang ini dulu dikenal dengan sebutan Pasar Senin, sebutan itu masih melekat dihati masyarakat Jungjang dan sekitarnya.

Sekarang Pasar Jungjang ini operasionalnya sudah setiap hari selama 24 jam full, jadi sejak awal pasar ini adalah sudah menjadi Pasar Desa, hanya pada saat Kuwunya dijabat oleh Kuwu H. Abdul Halim, (1974) pengelolaannya diserahkan ke Pemerintah Daerah kabupaten Cirebon, bukan Pasarnya, cuma pengelolaannya saja. Pada tanggal 01 Juli 2001, Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon melalui keputusan Bupati Pasar ini dikemabalikan lagi kepada Pemerintah Desa Jungjang Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon sampai sekarang.


PROFIL DAN SEJARAH DESA JUNGJANG

 


Kisah Ki Gede Jungjang, Dan Lahirnya Desa Jungjang Kec Arjawinangun Kab Cirebon


Jungjang kini diabadikan menjadi nama dua desa yaitu Jungjang Kota dan Jungjang Wetan, kedua desa tersebut kini di bawah pemerintah Kecamatan Arjawinangun  Kabupaten Cirebon. Jungjang merupakan salah satu desa tua yang kisahnya disebut-sebut dalam beberapa naskah Cirebon klasik. Dan salah satu naskah yang menceritakan tentang Jungjang adalah naskah Mertasinga.
Jungjang pada mulanya adalah sebuah hutan belukar, dan sampai pada masanya hutan tersebut kemudian dijadikan areal persawahaan oleh seorang petani yang digelari Ki Gede Jungjang oleh Sunan Gunung Jati. 

Petani tersebut diceritakan sebagi seorang penurut,  beliau menuruti apa yang dikehendaki Rajanya, dikisahkan sebelum membabad hutan yang kelak dinamai desa Jungjang untuk dijadikan areal persawahan, terlebih dahulu ia meminta ijin ke sunan Gunug Jati yang pada waktu itu menjadi Raja Cirebon.

Sunan Gunung Jati berkata “Silahkan ku izinkan engkau menggarap sawah sajung nanti panenya akan membuatmu kenyang”. Segera yang diberi izin mohon diri setelah berkali-kali menyampaikan terima kasihnya dan kemudian melaksanakan menanami sawah tersebut.

Karena mengelola sawahnya itu sendirian, rupanya dia tidak kuat sehingga sawahnya gagal dan panen dari sawah ini hasilnya hanya sekeranjang kecil. Melihat hasilnya seperti itu lalu petani itu kembali menghadap Sunan Gunung Jati. 

Kata Petani itu “Tuanku, tanaman sawah itu mati semua, dengan izin tuan sawah itu telah hamba Tanami, akan tetapi hasilnya seperti ini. Padahal tuanku pada waktu itu telah menjanjikan bahwa hasil panenya akan mengenyangkan anak cucuku, apakah gerangan salahku?”

Sunan Gunung Jati berkata “Percayalah kepada Allah, bahwa untuk makanan setahun ini padimu tidak akan habis”.
 
Mendengar sabda Sunan Gunung Jati demikian, yang di ajak bicara menunduk, luluh hatinya mendengar kata-katanya. Kemudian terjadi apa yang dikatakan sang Wali, setiap kali padinya ditumbuk maka penuh lagi keranjangnya, begitulah seterusnya. Kemudian setelah peristiwa itu Petani tersebut disebut Ki Gede Jungjang, sementara daerah yang ia tempati kemudian dinamakan desa Jungjang. 

catatan kaki :
Sajung  adalah ukuran luas luas sawah tempo dulu di Cirebon, sama dengan 4 bahu atau 28.386 m2. Pada masa dahulu di Cirebon seorang pegawai kerajaan yang yang berhak memperoleh pendapatan berupa sawah sejung disebut Pananjung, nama pangkat pegawai yang sawahynya 1 jung (sa-jung).
  

Desa Jungjang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Arjawinangun, berjarak 1 Km dari Pusat Pemerintahan Kecamatan, dan 25 Km dari Pusat Pemerintahan Kota, serta berjarak 109 Km dari Pusat Pemerintahan Ibukota Provinsi. Desa Arjawinangun berada di Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat, Republik Indonesia. Desa ini secara administrasi berbatasan dengan: Utara :Berbatasan dengan Desa Bayalangu. Selatan: Berbatasan dengan Desa Kebonturi. Barat: Berbatasan dengan Desa Arjawinangun Timur: Berbatasan dengan Desa Jungjang Wetan.

Desa Jungjang merupakan salah satu desa di wilayah kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon dengan batas-batas wilayah Desa Jungjang :

a.       Sebelah utara              : berbatasan dengan desa Bayalangu.

b.      Sebelah Selatan          : berbatasan dengan desa Kebon Turi.

c.       Sebelah Timur            : berbatasan dengan desa Jungjang wetan 6

d.      Sebelah Barat             : berbatasan dengan desa Arjawinangun


            Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk Desa Jungjang sebanyak 11.512 jiwa yang terdiri dari jumlah :

     - Laki-laki                     : 5.980 Orang

     - Perempuan                  : 5.532 Orang

Dari sini kita dapat simpulkan bahwa jumlah penduduk Desa Jungjang laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan.


Didalam kelembagaan yang ada di desa ini adalah sebagai berikut :

a. BPD

b. LPMD

c. PKK

d. Karang Taruna

e. MUI Des

f. RT/RW

g. Babhinkamtibmas/ Babinsa ( Mitra Pemdes )

h. Bumdes

KEBERAGAMAN AGAMA DI DESA JUNGJANG KEC. ARJAWINANGUN KAB.CIREBON

  KEBERAGAMAN AGAMA DI DESA JUNGJANG KEC. ARJAWINANGUN KAB.CIREBON


    Indonesia merupakan sebuah negara yang heterogen jika dipandang dari berbagai segi kehidupan. Heterogenitas tersebut meliputi kultur, adat, kebiasaan, ras, suku, serta agama yang beragam dan berbeda satu sama lain. Lebih khusus jika ditinjau dari sudut pandang agama, maka pembahasannya lebih kompleks dan sensitif. Dari keberagaman agama ini ada beberapa yang dianggap resmi dan tidak resmi oleh pemerintah Indonesia.
    
    Desa Jungjang adalah desa yang memiliki 3 tempat ibadah yaitu Masjid, Gereja, dan Vihara. dari ketiga tempat ibadah tersebut letak masjid yang tidak berdekatan dengan tempat ibadah lainnya, hanya Gereja dan Vihara yang berdekatan. Nama tempat ibadah yang ada di desa Jungjang tersebut Masjid Al-I'tisham yang merupakan masjid terbesar di desa Jungjang, kemudian Gereja Bethel Indonesia, dan Vihara Budi Asih. Letak Masjid Al-I'tisham terletak di sebelah Timur dari Kantor Desa Jungjang, sedangkan Gereja dan Vihara terletak di sebelah barat desa Jungjang yang berbatasan dengan Desa Arjawinangun.
                                                                        Masjid Al-I'tisham 

                                                                                Vihara



                                                                    Gereja Bethel Indonesia

VISI DAN MISI DESA JUNGJANG

 

VISI DAN MISI DESA JUNGJANG

KECAMATAN ARJAWINAGUN KABUPATEN CIREBON

1. Visi

“Membangun dan Mewujudkan Pemerintah Desa yang lebih Baik, Bersih, dan Transparan demi Terwujudnya Kehidupan Masyarkat yang Adil, Makmur, dan Sejahtera”

2. Misi

a. Melakukan reformasi sistem kinerja Pemerintah Desa guna meningkatkan kwalitas pelayanan kepada masyarakat;

b. Menyelenggarakan urusan Pemerintah Desa secara terbuka dan bertanggungjawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

c. Meningkatkan perekonomian masyarakat melalui pendampingan berupa penyuluhan khusus kepada UKM, wiraswasta/pedagang kaki lima (PKL) dan petani;

d. Menciptakan lapangan kerja bagi warga Desa Jungjang yang produktif;

e. Meningkatkan mutu kesejahteraan masyarakat untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik dan layak sehingga menjadi desa yang maju dan mandiri;

f. Memperhatikan dan meningkatkan kesejahteraan Perangkat Desa, RT da RW, Pengelola Pasar, Kaum Masjid/Mushalla, Juru Kunci Makam, Pengangkut Sampah, dan Petugas Keliling Blok (Tong Prek)